Perumpamaan yang sangat menarik adalah seorang Mukmin itu laksana pohon yang baik (Surah Ibrahim : 24-25). Kalimatan thoyyibah (kalimat yang baik) laksana pohon yang baik (syajaratun thoyyibah). Kalimah yang baik itu adalah laa ilaha illallah (syahadah).
Dalam Tafsir Jaami’ul Bayan, Ibnu Jarir Ath-Thabari juga menjelaskan kalimatan thoyyibah adalah penyaksian tiada tuhan selain Allah, dan syajarotun toyyibahadalah seorang Mukmin, ashluha tsabitun artinya laa ilaha illallah yang tertanam di dalam hati seorang Mukmin, wa far’uha fis-samaai yakni amal perbuatannya akan diangkat ke langit.
Jika kita renungkan ayat di atas, indikator pohon yang baik atau berkualiti ada tiga perkara: Pertama, ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke perut bumi). Akar yang kuat menjadi dasar dan tumpuan tumbuhnya pohon yang besar.
Di sinilah pentingnya peranan sang penanam yang ikhlas dan sungguh-sungguh, berkorban tanaga, pikiran dan memerlukan waktu yang cukup lama. Semakin dalam akarnya, maka semakin kuat pula pohon itu. Tidak mudah tumbang walau dihentam badai. Akar ibarat akidah tauhid (iman) yang tertanam di dalam lubuk hati sanubari seorang mukmin.
Jika akidahnya kuat, maka ia mampu menghadapi dugaan dan godaan hidup seberat apapun. Akidah tauhid harus ditanamkan oleh orang tua dan guru kepada anak sejak dini. Peranan keduanya sebagai pendidik sangat penting agar akar akidah anak menghujam ke lubuk hati sanubari. (QS.31:13).
Kedua, far’uha fis-samai (dahannya menjulang ke langit). Pohon yang sudah berurat berakar, akan menumbuhkan batang yang besar, dahan dan ranting yang banyak serta berdaun lebat. Ia akan membekalkan oksigen yang bersih dan kesejukan bagi manusia. Hijau dan menyejukkan.
Inilah ibarat seorang Mukmin yang taat dalam menjalankan syariat Islam, baik dalam ibadah ritual maupun sosial (muamalah). Akidah (iman) yang kuat harus tampak pada kepatuhan dalam menjalankan ibadah ketika menjalankan aktiviti sehari-hari.
Ketiga, tu’tii ukulaha kulla hiin (berbuah setiap waktu). Pohon yang baik tidak hanya berakar kuat dan berdahan besar, tapi juga berbuah banyak dan enak. Bukan hanya pada musimnya, tapi di setiap musim tiada henti. Pohon berbuah menguntungkan pemiliknya dan orang lain. Semakin bagus kualitinya, semakin tinggi pula harganya.
Inilah perumpamaan Mukmin yang berakhlak karimah. Akidah dan syariat yang kuat dan benar mestilah berbuah akhlak mulia (karakter islami).
“Sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang terbaik akhlakhnya”.
(HR. At-Turmudzi)
Akhlak karimah inilah yang mulai pudar dari sebahagian anak-anak, orang tua, pemimpin, politikus hari ini. Pendidikan karakter hanya berhasil jika ada model. Dalam sejarah, tidak ada yang berhasil menjadi model kecuali Nabi Muhammad SAW. (Rujuk Surah Al-Ahzab : 21).
Ibu bapa di rumah dan guru di sekolah perlu menjadi pilar utama dan bertanggung jawab dalam menanamkan akidah, menjalankan syariat dan teladan dalam akhlak karimah. Insya Allah, anak-anak kita akan menjadi “pohon yang baik”.
Amin. Wallahu a’lam bish-shawab.